KELAPA KOPYOR
Budidaya Kelapa Kopyor
Sumber: http://foragri.blogsome.com/
Kelapa kopyor sebenarnya merupakan buah abnormal. Kelapa biasa, daging buahnya melekat pada tempurung dan terpisah dari air kelapa. Pada kelapa kopyor, daging buah tidak melekat pada tempurung melainkan tercampur pada air kelapa. Hingga apabila kelapa kopyor diguncang-guncang, maka suara yang ditimbulkannya sangat khas, beda dengan kelapa biasa. Karena daging buahnya tidak melekat pada tempurung, maka selulosa (serat kasar) pada daging buah kelapa kopyor juga tidak terbentuk. Hingga tekstur daging buah kelapa kopyor tetap lunak dan lembut. Karenanya banyak orang yang mengira, bahwa kelapa kopyor adalah kelapa muda. Padahal kelapa kopyor justru dipetik setelah tua. Semua jenis kelapa, baik kelapa genjah maupun dalam, sama-sama berpeluang untuk menjadi kopyor.
Selama ini banyak mitos pembuatan kelapa kopyor yang hidup di masyarakat. Misalnya, pangkal batang tanaman kelapa biasa, dibakar sampai hangus, tanah di sekitar batang digali dan diberi kapur dll. Bahkan ada yang percaya, bahwa kelapa biasa pun bisa saja diperam hingga menjadi kopyor. Semua itu tidak benar. Sebab terjadinya kelapa kopyor adalah proses genetik. Ada kelainan genetik pada individu tanaman kelapa kopyor, hingga proses melekatnya daging buah pada tempurung kelapa tidak terjadi. Kalainan genetik ini pada mulanya terjadi, kemungkinan besar akibat pengaruh nutrisi, agroklimat, sinar matahari, serangan penyakit dll. Namun kelainan itu kemudian menjadi menetap, hingga sifat genetiknya bisa diturunkan pada generasi berikutnya.
Namun kelapa kopyor tidak bisa dijadikan benih (bibit). Sebab, meskipun kelapa kopyor memiliki embrio (kenthos) normal, namun embrio ini tidak bisa tumbuh secara normal karena terpisah dari daging buah, yang akan menjadi cadangan nutrisi untuk pertumbuhannya. Embrio kelapa berupa butiran kecil agak memanjang berwarna putih dengan ukuran 1 sd. 1,5 mm. Dalam tiap butir kelapa sebenarnya ada tiga calon embrio. Letak embrio ini ada pada ujung (bagian atas yang bertangkai) pada tiap butir kelapa. Dari tiga calon embrio ini, umumnya hanya satu yang benar-benar jadi embrio.
Penumbuhan embrio kelapa kopyor hanya bisa dilakukan dalam lab dengan teknologi embrio kultur. Caranya, buah kelapa kopyor yang akan dikonsumsi diambil embrionya. Di restoran yang menjual es kelapa kopyor, embrio ini akan dibuang bersama dengan tempurung kelapanya. Padahal embrio tersebut sebenarnya masih bisa ditumbuhkan dalam lab. Penumbuhan embrio kelapa kopyor persis sama dengan penumbuhan khalus pada teknik kultur jaringan. Bedanya, pada embrio kultur, kenthos kelapa kopyor tidak perlu melalui tahap digoyang pada meja shaker seperti halnya penumbuhan eksplan pada kultur jaringan. Hasil benih dari lab ini sudah berupa kecambah kelapa berukuran mikro. Panjangnya hanya sekitar 5 cm. Benih ini selanjutnya masih perlu dibesarkan dan diaklimatisasi dalam lab, kemudian di luar lab, agar siap untuk ditanam di lapangan berupa benih ukuran 0,5 m.
Sampai saat ini produksi benih kelapa kopyor dengan embrio kultur belum pernah dilakukan di Indonesia. Padahal teknologinya sudah ada, termasuk formula media untuk penumbuhan embrio dalam tabung. Kelebihan benih dari hasil kultur embrio adalah, peluang untuk menjadi pohon kelapa kopyor 99%. Artinya, bisa dipastikan benih dari kultur embrio akan menghasilkan individu pohon yang pasti berbuah kelapa kopyor. Prosentase buah kopyor dari tiap tandan benih kultur embrio juga di atas 50%. Hingga sebenarnya peluang untuk membenihkan kelapa kopyor dari kultur embrio cukup baik. Salah satu kelemahan pembenihan dengan kultur embrio adalah, waktu yang diperlukannya cukup lama.
Karenanya, selama ini masyarakat menanam kelapa kopyor dari buah kelapa biasa yang berada dalam tandan kelapa kopyor. Sebab kelapa kopyor tidak pernah menghasilkan buah yang 100% kopyor dalam tiap tandannya. Selalu ada kelapa yang normal. Bahkan banyak pohon kelapa yang dalam tiap tandannya hanya terdapat satu dua butir yang kopyor, sementara lainnya normal. Kelapa normal yang berada dalam satu tandan bersama kelapa kopyor inilah yang bisa dijadikan benih kebun kelapa kopyor. Namun benih dari kelapa normal dalam tandan kopyor ini, bisa saja berpeluang untuk menghasilkan kelapa biasa. Peluang untuk menjadi kelapa kopyor atau biasa setara dengan prosentase jumlah kelapa biasa dan kopyor dalam tandan tersebut.
Misalnya, kalau prosentase kopyor dalam tiap tandan rata-rata 50%, maka peluang untuk menjadi kopyor atau kelapa biasa juga 50% atau sama besar. Kalau dalam tiap tandan isi 10 butir, kopyornya rata-rata hanya hanya dua (20%), maka kelapa normalnya kalau dijadikan benih akan berpeluang kopyor hanya 20%. Sebaliknya kalau dalam tiap tandan isi 10 butir kopyornya rata-rata 8 butir (80%), maka kalau dua butir sisanya yang normal dijadikan benih, maka peluangnya untuk menjadi kopyor 80% atau hampir 100%. Hingga para calon pekebun kelapa kopyor, sebaiknya tahu betul karakter pohon induk kopyor yang akan dijadikan sumber benih.
Di Indonesia, sampai dengan saat ini belum ada kebun kelapa kopyor. Lain dengan di Filipina yang sudah secara serius membudidayakan jenis kelapa ini. Sumber kelapa kopyor di Jawa antara lain terdapat di kawasan Purwokerto terus ke timur sampai ke Malang. Di Pantura, penghasil kopyor potensial adalah kab. Demak, Kudus, Jepara, Pati dan Rembang di Jawa Tengah. Penyebaran kelapa kopyor sendiri, secara sporadis merata di seluruh kawasan Indonesia. Sampai sekarang pengetahuan masyarakat tentang kelapa kopyor juga masih sangat rendah. Yang ada justru mitos dan pemalsuan, karena harga kelapa kopyor yang jauh lebih tinggi dibanding kelapa biasa. Kalau kelapa biasa hanya bernilai Rp 500,- per butir di tingkat petani, maka kelapa kopyor bisa dihargai antara Rp 2.000,- sd. Rp 3.000,- per butir.
Kekurang-tahuan masyarakat tentang kelapa kopyor ini juga mengakibatkan upaya pengembangannya tidak pernah dilakukan. Kebanyakan kelapa kopyor adalah jenis kelapa dalam. Jenis kelapa ini bisa mencapai umur ratusan tahun, berbuah lebat, ukuran buahnya besar-besar, namun baru bisa mulai berbuah pada umur 8 sd. 10 tahun. Jenis kopyor genjah, misalnya kelapa puyuh, banyak dijumpai di kawasan Pati, Jawa Tengah. Kelapa puyuh adalah kelapa jenis kecil yang berkulit buah warna hijau, berbuah lebat dalam tiap tandannya dan bisa mulai berbuah pada umur 4 sd. 5 tahun. Prosentase kopyor dalam tiap tandan kelapa puyuh juga di atas 50%. Karenanya, benih kelapa kopyor poyuh menjadi alternatif menarik untuk dikembangkan.
Yang disebut benih kelapa adalah butir buah kelapa yang telah tua (sabutnya mengering), kemudian disemai agar tumbuh tunas dan akarnya. Secara tradisional, masyarakat menyemai benih kelapa dengan cara menggantungnya di dahan pohon di halaman rumah. Maksudnya agar benih tersebut tidak diganggu hewan ternak yang diliarkan seperti ayam, itik dll. Dalam perkebunan modern, penyemeian benih kelapa dilakukan dalam polybag dengan media pasir, tanah dan kompos atau pupuk kandang. Bagian ujung buah tempat embrio disayat agar proses tumbuhnya tunas lebih dipercepat. Sayatan pada sabut juga dimaksudkan agar air siraman bisa menembus ke pangkal embrio hingga akar akan cepat terbentuk.
Baik kelapa tua yang digantung di pohon maupun yang disemai di polybag, akan menumbuhkan tunasnya. Sosok tunas kelapa selama ini sangat populer dan dikenal oleh masyarakat luas karena dijadikan sebagai lambang gerakan Pramuka. Selain menumbuhkan tunas berupa pucuk tanaman dengan daun pertama dan kedua, semai kelapa ini juga menumbuhkan akar yang sebagian berada dalam sabut, sebagian lagi menyembul keluar. Sementara itu, bagian dalam embrio akan membentuk bulatan kenthos yang makin lama makin membesar hingga memenuhi seluruh rongga kelapa. Fungsi kenthos adalah menyerap nutrisi dari air dan daging buah kelapa. Mula-mula kenthos sebesar biji jagung itu mengambil nutrisi dari daging buah yang langsung bersentuhan dengan embrio. Setelah membesar memenuhi seluruh rongga kelapa, maka daging buah itu pun akan diserapnya sampai habis.
Benih kelapa akan siap ditanam di lapangan apabila telah setinggi 0,5 sd. 1 m. Kalau kita menyemai beberapa benih sekaligus, maka sebaiknya semaian itu dibesarkan terlebih dahulu dalam polybag. Baru setelah tingginya mencapai lebih dari 1 m, dipindah ke lapangan. Pemindahan ke lapangan sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan. Hingga pada awal musim kemarau, tanaman tersebut telah memiliki cukup banyak akar yang mencapai bagian tanah yang lembap. Namun demikian, pada tahun-tahun I sd. III, tanaman kelapa mutlak memerlukan penyiraman pada musim kemarau. Tujuannya agar pertumbuhan tanaman bisa optimal. Sebab pada musim kemarau inilah justru fotosintesis berlangsung dengan sangat intens.
Kelapa merupakan tanaman pantai di kawasan tropis. Habitatnya tanah berpasir atau tanah liat. Kelapa tidak menghendaki lahan berbatu-batu, lebih-lebih batu karang. Meskipun merupakan tanaman pantai, kelapa tetap bisa tumbuh dengan baik dan berproduksi sampai dengan ketinggian 700 m. dpl. Pada ketinggian 1.000 m. dpl. tanaman kelapa masih bisa tumbuh, namun tidak bisa berproduksi. Di atas 1.000 m. dpl. tanaman kelapa sudah sama sekali tidak bisa tumbuh. Di kawasan Puncak, batas tanaman kelapa bisa tumbuh adalah desa Tugu yang langsung berbatasan dengan kebun teh. Di atas desa Tugu, kelapa sudah sama sekali tidak bisa tumbuh. Lebih-lebih di Puncak Pas yang ketinggiannya mencapai 1.350 m. dpl.
Kalau kita menanam kelapa kopyor dari benih yang prosentase kopyornya dalam satu tandan mencapai 70%, maka peluang untuk menjadi kopyor juga 70%. Kalau kita menanam kelapa dalam, maka kepastian apakah kelapa kita menjadi kopyor atau kelapa biasa, baru akan ketahuan pada tahun ke VIII. Kalau kita menanam kelapa genjah, maka kopyor tidaknya kelapa kita sudah akan ketahuan pada tahun IV. Paling aman adalah menggunakan benih hasil kultur embrio yang kepastiannya mencapai 99,9%. Selama ini negara tetangga kita Filipina sudah bisa membanggakan diri dengan kelapa kopyornya, sementara Thailand dengan kelapa pandannya. Kita sebenarnya bisa mengembangkan dua-duanya. Yang paling siap untuk dikembangkan sebenarnya kelapa kopyor.
Komentar
Posting Komentar